“Tidak pernah terbayangkan dalam mimpi, bahwa saya bisa berangkat ke Sulawesi, apalagi dengan pembiayaan penuh dari Dikti. Jika bukan karena program MSIB, semua ini mungkin tidak akan terwujud.”
Selama mengikuti program MSIB, saya selalu teringat pesan dari Ibu Mustika, Kaprodi Pendidikan Teknologi Agroindustri sekaligus dosen pembimbing magang saya, yang mengatakan: “Catch fruitful experiences from MSIB”.
MSIB (Magang dan Studi Independen Bersertifikat) merupakan bagian dari program MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka). Program ini bekerja sama dengan perusahaan, organisasi, instansi pemerintah, dan Kemendikbud, untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa agar merasakan dunia kerja yang sebenarnya.
Bunga Arnelia Nofri, mahasiswa Pendidikan Teknologi Agroindustri angkatan 2021, terpilih menjadi salah satu Farmers Development Associate (FDA) dalam program magang “Bertani untuk Negeri” (BUN) yang diselenggarakan oleh Edufarmers International selama 4 bulan (semester genap 2023/2024). Program ini dibagi menjadi empat komoditas utama, yang tersebar di berbagai daerah. Ia ditempatkan di Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah, dengan fokus pada komoditas Kakao. Misi utama seorang FDA adalah meningkatkan pengetahuan dan produktivitas petani, serta memperbaiki manajemen operasional budidaya sesuai dengan GAP (Good Agricultural Practices).
Proses rekrutmen program Bertani untuk Negeri (BUN) dimulai dengan pendaftaran melalui situs resmi Kemendikbud, diikuti oleh penilaian online berupa tes kognitif, dan Focus Group Discussion (FGD). Setelah peserta menyelesaikan FGD, diumumkanlah mereka yang lolos untuk magang di Edufarmers International.
Setelah menjalani program ini hingga akhir, Bunga mengakui satu hal: “It is not only fruitful experiences that I get, but also increased knowledge, a new family, new friends, and unforgettable memories in Sulawesi.”
Sebelum menerima tawaran magang di Sulawesi, Bunga sempat merasakan banyak keraguan. Selain karena fokus magang ini berada di ‘hulu’, sedangkan selama perkuliahan Ia lebih banyak mempelajari aspek ‘hilir’.
“Ada tantangan besar yang harus saya hadapi. Saya harus mengejar ketertinggalan dalam pengetahuan dan keterampilan, apalagi teman-teman saya yang terpilih berasal dari program studi yang lebih relevan dan memiliki bekal yang lebih kuat. Namun, saya akhirnya memilih untuk menerima tantangan ini dan menjalani pengalaman magang di Edufarmers International.”
Setelah tiba di Sulawesi, ternyata ada lebih banyak tantangan yang harus Bunga hadapi. Ia harus cepat beradaptasi dengan lingkungan baru, bukan hanya wilayah dan budaya yang berbeda, tetapi juga dengan orang-orang baru. Ia bertemu banyak teman dari berbagai universitas di seluruh Indonesia, dan kami harus tinggal bersama selama program berlangsung. Ini tentu memerlukan keterampilan adaptasi yang cepat, karena jika tidak, kita bisa tertinggal.
Ada beberapa rangkaian program yang dilaksanakan, yaitu: Orientation Day, Online Bootcamp, Farm Experience (FE), Field Observation (FO), Pitch Day, Productivity Project, Farmers Field School (FFS), dan Final Assesment.
“Jadi, jangan khawatir jika masih belum memiliki banyak pengetahuan atau keterampilan tentang kakao, karena selama Online Bootcamp dan Farm Experience (FE), peserta magang akan mendapatkan pelatihan terlebih dahulu mengenai budidaya kakao.”
Untuk Productivity Project sendiri, Bunga melaksanakan berbagai macam program guna meningkatkan pengetahuan serta produktivitas dari petani muda, diantaranya dengan membantu rehabilitasi tanaman kakao petani dampingan dengan teknik sambung samping; lalu membantu perawaran dengan P3S (pemangkasan, panen sering, dan sanitasi); membuat pupuk padat sebanyak 1 ton yang berasal dari bahan-bahan yang ada di sekitar seperti kotoran hewan (sapi/kambing), daun gamal, sekam bakar, dan batang pisang yang dibagikan kepada 20 petani; membuat program edukasi terkait manajemen keuangan dan membagikan buku pencatatan keuangan bagi 20 petani; melaksanakan pembuatan bibit sebanyak 1.240 untuk petani; serta program unggulan yang saya miliki yaitu memanfaatkan limbah kulit kakao sebagai pakan Black Soldier Fly (BSF).
Menurut Bunga, program Bertani untuk Negeri (BUN) adalah program yang sangat kompleks. Selain berperan sebagai program magang, program ini juga mencakup elemen Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Program Penguatan Profesional Kependidikan (P3K). Hal ini disebabkan oleh tugasnya yang tidak hanya memberikan penyuluhan kepada petani, tetapi juga berkontribusi kepada masyarakat, khususnya petani kakao, untuk meningkatkan produktivitas kakao mereka. Selain itu, kelompok Bunga difokuskan untuk membina petani muda kakao dengan tujuan menciptakan generasi penerus yang tertarik dan mau bertahan menjadi petani kakao. Mengingat banyak petani kakao yang sudah berusia lanjut, regenerasi ini sangat penting. Selain membina petani muda, Ia juga membantu meningkatkan pengetahuan tentang kakao kepada siswa SMK, tepatnya di SMK Negeri 4 Sigi. Bunga dijadwalkan mengajar dua kali seminggu di sana. Meskipun kegiatan ini sangat padat, Ia merasa sangat senang karena bisa memberikan manfaat kepada banyak orang.
“Jika bukan karena program MSIB, mungkin saya tidak akan pernah mendapatkan pengalaman sehebat ini di usia muda. Saya juga mungkin tidak akan merasakan hangatnya keluarga baru dari masyarakat setempat yang sangat ramah, tidak akan memiliki teman-teman baru dari berbagai universitas di seluruh Indonesia, dan tidak akan merasakan pengalaman berharga keluar dari zona nyaman saya”
Berkat semua pengalaman ini, Alhamdulillah Bunga terpilih sebagai peserta terbaik Farmers Development Associate (FDA) MSIB batch 6 di program Bertani untuk Negeri (BUN) Batch 8 di EduFarmers.
“Program ini sangat saya rekomendasikan. Ada begitu banyak manfaat yang bisa mahasiswa peroleh. Untuk teman-teman yang akan mengikuti MSIB, persiapkan diri sebaik mungkin, dan jangan pernah takut untuk mencoba. Kesempatan mungkin tidak akan datang dua kali, jadi manfaatkanlah dengan sebaik-baiknya.”
Selamat Bunga, tetap menginspirasi dimanapun dan kapanpun!