Kisah para cum-lauders (part-12): Sempat menyesal, salah jurusan?

Fauzi Ahmad Yusup, mantan Ketua BEM Himagrin (Himpunan Mahasiswa Agroindustri), yang baru saja meraih gelar Sarjana Pendidikan setelah melewati ujian sidang daring pada Rabu, 3 Juni 2020, sempat menyesal dan merasa salah jurusan.

“Jujur, pertama masuk ke kampus prodi Pendidikan Teknologi Agroindustri (PTAg), di tahun 2016 itu, saya merasa salah jurusan, menyesal dan bukan “Fauzi Banget”. Di masa awal perkuliahan, saya merasa demotivasi yang sedikit banyaknya mengganggu semangat untuk belajar hingga mencoba ikut SBMPTN lagi dan ternyata diterima di salah satu jurusan (FPMIPA UPI). Namun orang tua menyadarkan untuk bertanggung jawab dan menyelesaikan segala sesuatu yang telah diambil.” 

Akhirnya mahasiswa kelahiran Bandung, 6 November 1997 ini mencoba menikmati masa-masa perkuliahan di PTAg, dengan berbagai dinamikanya. Berbagai hal dilakukannya selagi menjadi mahasiswa, dari kegiatan formal hingga nonformal. Maka tak heran, jika Ia cukup aktif dalam berbagai organisasi kemahasiswaan. Mahasiswa yang memiliki hobi cukup unik yaitu social media content analyze dan public speaking ini, aktif sebagai Duta Kampus UPI (Duta Media Sosial Bumi Siliwangi 2017), Duta Pariwisata Kab. Bandung Barat (2017), anggota MPM REMA UPI (2018-2019), sekretaris Departemen Pengembangan Organisasi BPO KM FPTK UPI (2019), Ketua Bidang Humas Paguyuban Putra Putri Bumi Siliwangi UPI (2017-2018), Ketua umum BEM Himagrin (2018-2019). Saat ini pun, alumnus SMAN 1 Gununghalu, dipercaya menjadi Ketua Divisi Hubungan Masyarakat Paguyuban Mojang Jajaka Kabupaten Bandung Barat (Februari 2020-sekarang). Selain itu, Ia biasanya beraktivitas dalam beberapa kegiatan non formal seperti menjadi Master of Ceremony (MC), Moderator, serta menjadi pembicara pada beberapa kegiatan.

“Luar Biasa. Saya terkadang berfikir, apakah ketika saya kuliah di tempat lain akan merasakan “keluarbiasaan” yang sama ataukah tidak. Semua ini bukan hanya berkat saya, namun tentunya Orangtua, keluarga, dan seluruh pihak yang secara langsung ataupun tidak, selalu berada di sisi saya untuk mendukung dan mendoakan, dan atas Ridho Allah SWT semuanya bisa berjalan dengan seluarbiasa ini.”

Putra pasangan Bapak Iing dan Ibu Cucun Rosida ini, bersyukur memiliki orang tua yang tidak pernah memaksakan target tertentu, yang hanya menginginkan putranya mengembangkan segenap potensinya selama kuliah. Orang tuanya hanya berpesan untuk selalu melakukan yang terbaik di setiap kesempatan di manapun berada. “dimata bumi dipijak, disitu langit dijunjung”. Hingga akhirnya, Fauzi berhasil membuktikan diri dengan versi terbaiknya. Lulus tepat waktu, 8 semester, menjadi salah satu lulusan pertama di angkatannya, meraih predikat cum laude, dengan IPK 3.54.

“Alhamdulillah, luar biasa senang dan bersyukur. Tidak pernah terbayang meraih semua ini. Selama kuliah, Saya hanya berusaha menjadi versi terbaik yang Saya miliki, kadang tak peduli dengan IP, yang penting adalah apakah nilai itu sesuai dengan usaha dan kemampuan saya atau tidak. Tapi saya yakin, selain karena usaha sendiri, namun ada kekuatan luar biasa dari orang tua, keluarga, orang-orang di sekitar, dan pastinya izin dari Allah SWT.”

Hidup tanpa masalah dan kesulitan rasanya memang tak mungkin, demikian pula yang dialami Fauzi. Masalah ekonomi dirasanya sebagai salah satu masalah cukup vital, terlebih kebutuhan studi semakin meningkat seiring naiknya tingkatan semester. Ia mengakalinya dengan mengambil beberapa pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan perkuliahan dan sehari-hari. Selain itu, Ia pun sempat memperoleh beasiswa dari Toyota Astra. 

Mahasiswa yang bercita-cita menjadi guru ini memiliki prinsip bahwa ketika sudah menapaki suatu jalan, Ia harus menyelesaikannya, jangan dihindari atau bahkan ditinggalkan. Apapun pilihan yang diambilnya, pasti akan ada risikonya, tinggal bagaimana bersyukur dan bertanggung jawab atasnya. 

“Ketika menemukan kesulitan, hadapilah. Sejatinya masalah yang dihindari akan tumbuh layaknya rumput liar. Ia akan terus tumbuh, mengganggu tanaman utama, bahkan mematikannya. Jadi, hadapi masalah apapun itu dan tetap libatkan Allah dalam segala urusanmu.”

Adakah pesan untuk adik-adik tingkat di kampus?

“Kamu harus tahu siapa kamu, apa tujuan kamu, untuk apa dan untuk siapa kamu di sini. Dengan demikian, kita bisa sadar, bahwa segala yang dilakukan adalah sebuah bentuk tanggung jawab yang harus diselesaikan dengan sangat baik. Akan selalu ada motivasi untuk berbuat baik dan terbaik. Dan akan selalu ada alasan untuk terus maju, walau sedikit. Selalu tampilkan dirimu dalam versi terbaik, ambillah pelajaran sebanyak-banyak dan sebarkan itu di kehidupanmu.”

Tetap semangat dan menebarkan kebaikan di manapun berada. Selamat. Barakallah.
@mnh