Dua tim PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) Prodi Pendidikan Teknologi Agroindustri (PTAg) UPI yang memenangkan hibah pendanaan PKM 2020, mempresentasikan makalahnya pada konferensi internasional TVET (Technical and Vocational Education and Training). Kedua tim tersebut dibimbing oleh Mustika NH, S.TP., M.Pd., dosen PTAg UPI. Presentasi berlangsung dalam parallel session of TVET international conference yang digelar secara daring pada Rabu, 16 September 2020.
Tim PKM pertama yang terdiri atas Enjang Rahman, Rama Tiyana dan Sarah Amelia mempresentasikan makalahnya yang berjudul “Method of Sugar Production from Arrowroot Starch: A review”. Pada konferensi tersebut, Rama mewakili kelompoknya sebagai presenter, mengungkapkan bahwa umbi garut (arrowroot) yang merupakan umbi minor, kurang populer di masyarakat, berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan baku pembuatan gula dimana Indonesia termasuk negara importir Gula terbesar di dunia pada tahun 2017. Metode produksi gula berbasis umbi garut terdiri atas tahapan ekstraksi, hidrolisis, pemurnian, dan kristalisasi. Rama dan tim berharap produksi gula berbahan baku umbi garut dapat menjadi salah satu alternatif solusi untuk meningkatkan produksi dan memenuhi kebutuhan gula domestik, sehingga akan membantu tercapainya target Indonesia swasembada gula tahun 2024.
Tim PKM kedua yaitu Mohammad Manarul Lubab, Zahratul Aflah dan Permata Maratussolihah mempresentasikan makalahnya yang berjudul “Polylactic Acid as Biodegradable Plastic Material Based on Tofu Dregs”. Lubab mengungkapkan bahwa ampas tahu sebagai limbah pengolahan tahu yang melimpah dan tidak termanfaatkan, ternyata kandungan karbohidratnya berpotensi dijadikan bahan baku PLA (Polylactic acid). PLA merupakan salah satu jenis biodegradable polyesteryang dapat diaplikasikan sebagai kemasan ramah lingkungan. Lubab dan tim berharap pemanfaatan ampas tahu sebagai bahan baku PLA dapat menggantikan bahan baku lainnya seperti ubi jalar, jagung, dan singkong, yang jika digunakan dalam jumlah besar dan terus-menerus, dikhawatirkan dapat mengganggu kestabilan pangan di Indonesia sekaligus menjadi salah satu solusi dari masalah lingkungan terkait kemasan plastik.