Kisah para cum-lauders (part-11): Sempat tak diizinkan kuliah

Divya Rizkiyani, salah satu mahasiswi yang berhasil meraih gelar Sarjana Pendidikan, setelah melewati ujian sidang secara daring pada Rabu, 3 Juni 2020, ternyata sempat tidak diizinkan kuliah.

“Saya pun mengalami hal yang sama seperti beberapa teman saya. Orang tua saya awalnya tidak mengizinkan kuliah karena tidak ada biaya. Saya diminta untuk langsung bekerja saja setelah lulus dari SMAN 4 Cimahi. Saya tetap ingin kuliah, sehingga atas saran dari pihak sekolah saya mengajukan beasiswa Bidik Misi”

Pada tahun 2016 Divya lulus SBMPTN bidik misi dan resmi tercatat sebagai mahasiswa prodi Pendidikan Teknologi Agroindustri UPI. Mahasiswi berhijab kelahiran Bandung, 11 Desember 1998 ini merasa mendapatkan ilmu yang komplet selama kuliah karena belajar mengenai agroindustri juga kependidikan. Selain itu, Ia bertemu dengan teman-teman yang mau berjuang bersama dan sabar dalam memahami sifat saya, juga bapak/ibu dosen yang selalu membimbing memberikan motivasi, semangat agar mampu menyelesaikan studi dengan baik. Semasa kuliah, Ia aktif menjadi pengurus BEM Himagrin selama 2 periode dan sempat menjadi ketua departemen agama Himagrin periode 2018-2019.

Hal itu, Ia buktikan setelah berhasil menyelesaikan studi S1 tepat waktu dan termasuk salah satu lulusan pertama di angkatannya, meraih predikat cum laude dengan IPK 3.81. Putri pasangan Bapak Subandi dan Ibu Martini ini, di awal menjadi mahasiswa tidak tahu apa itu cum laude. Setelah mendengar cerita dari dosen juga melihat kakak-kakak tingkat yang berhasil meraihnya, Ia termotivasi dan menjadikannya sebagai salah satu targetnya.

Mudahkah baginya meraih target tersebut?

“Saya terkadang mengalami kesulitan belajar dalam beberapa mata kuliah. Tapi saya yakin ada solusinya. Saya mengakalinya dengan berdiskusi dengan teman, kakak tingkat bahkan dengan dosen. Selain itu, jarak rumah Saya ke kampus cukup jauh ditempuh sehingga terkadang merasa lelah. Tapi kemudian, saya ingat kembali tujuan dan tanggung jawab terhadap orang tua. Pada akhirnya saya merasa bahwa ketika kendala, hambatan tersebut dapat terlewati, melahirkan motivasi kembali, dan tentu saja semuanya berkat semangat dan doa dari orang tua dan orang-orang sekitar.”

Ada quotes yang selalu menjadi motivasi untuk Divya:

Belajar memang bukan satu-satunya tujuan hidup kita. Tetapi kalau itu saja kita tidak sanggup atasi, lantas apa yang akan kita capai(Shim Shangmin)

Sejatinya hasil yang didapat itu dapat tercermin dari bagaimana usahanya”.

Menyadari bahwa Ia akan menjadi tulang punggung keluarga karena ayahnya akan segera terkena PHK, Divya berusaha sebisa mungkin mengatasinya. Saat ini, Ia bekerja menjadi fasilitator di PT. Agritama Sinergi Inovasi (AGAVI) dan kontrak selama 1 tahun sampai akhir Desember 2019, sebagai guru mata pelajaran sainspreneur di SMA Al-Aziz Boarding School. 

 Adakah tips untuk adik-adik tingkat di kampus?

“Belajarlah dengan sebaik mungkin, kerjakan tugas dengan sebaik mungkin, buatlah target, jika ada kesulitan mengenai pembelajaran atau tugas diskusikan dengan teman atau dosen. Setelah berusaha jangan lupa berdoa.”

Good luck dan semangat selalu. Barakillah.
@mnh