Greening TVET for Sustainable Development

Banyak negara telah menempatkan fokus pada green-growth yang secara khusus bertujuan untuk mencapai model ekonomi yang tangguh, rendah karbon, dan efisien sumber daya yang mengarah pada kualitas hidup yang lebih tinggi, yang disebut dengan green economy. Model tersebut akan menciptakan green jobs yang mengisi lapangan kerja di industri saat ini dan membutuhkan pekerja dengan kompetensi green skills. Permasalahannya adalah sebagian besar lembaga TVET (Technical and Vocational Education and Training) saat ini hanya menekankan pada hard skills dan soft skills. Hal tersebut diungkapkan oleh Dr. Eng. Agus Setiawan, M.Si., dalam seminar nasional (Semnas) AGROFEST11 yang diselenggarakan oleh Himagrin (Himpunan Mahasiswa Agroindustri) UPI pada Sabtu Siang, 23 November 2019 di Gedung Achmad Sanusi UPI, Bandung.

Dosen FPTK UPI yang juga merupakan Executive Board of RAVTE (Regional Association of Vocational and Technical Education in Asia) menegaskan pentingnya peranan lembaga TVET dalam menghasilkan pekerja dengan kemampuan green skills karena TVET terkait langsung dengan perkembangan ekonomi dan masyarakat. Menurutnya, green skills sangat dibutuhkan oleh green industry. Namun, kerangka pelatihan keterampilan yang ada untuk TVET saat ini, tidak termasuk unsur green skills. Oleh karena itu, kerangka kerja yang ada harus direvisi dan direstrukturisasi untuk memenuhi kebutuhan green industry.

Green Skills umumnya terdiri dari tiga dimensi, yaitu, pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dibutuhkan oleh pekerja untuk mempromosikan pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Dalam kerangka pembangunan ekonomi berkelanjutan seperti model green economy, pengembangan green TVET sangat dibutuhkan untuk mendukung penyiapan green skills yang mengisi green jobs di green industry. Demikian yang disampaikan narasumber sebagai penutup sesi Semnas siang mengenai “Greening TVET for Sustainable Development“.
(MNH)