“Belajar di luar negeri selalu menjadi mimpi saya sejak SMA. Alhamdulillah, melalui program MBKM MBUS, saya berkesempatan untuk mencicipi manisnya kuliah di kampus-kampus top dunia meski secara daring”, ungkap Oka yang telah menyelesaikan lima mata kuliah di lima kampus berbeda, diantaranya adalah Harvard University dan Tsinghua University. Kedua Universitas tersebut merupakan peringkat ke-1 dan ke-10 sebagai the top 10 world’s best reputation universities.
Mapres UPI 2021 ini mengungkapkan bahwa Ia terpilih sebagai salah satu penerima Beasiswa Merdeka Belajar Untuk Semua (MBUS) dari Kemdikbudristek RI angkatan pertama periode semester ganjil 2021/2022. Program tersebut merupakan perwujudan program MBKM yang bertujuan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk dapat mengambil mata kuliah di berbagai kampus terbaik dalam negeri, dan perguruan tinggi ternama luar negeri secara gratis melalui platform online ICE Institute dan edX. Pada program tersebut, terdapat lebih dari 200 mata kuliah dari berbagai institusi pendidikan anggota Konsorsium ICE Institute (13 PTN/S dalam negeri) dan juga lebih dari 1400 MK dari 55 perguruan tinggi luar negeri di bawah koordinasi edX seperti Harvard University, MIT, Waseda University, Tsinghua University, dan lainnya.
Oka memilih mata kuliah yang dapat mengembangkan kompetensinya, “Studi saya berfokus pada pengembangan pendidikan di bidang teknologi agroindustri. Oleh karena itu, saya menyambut kesempatan ini dengan memilih mata kuliah yang dapat mengembangkan 4 kompetensi guru diantaranya kompetensi profesional, personal, sosial, dan pedagogik.” Berikut adalah mata kuliah yang telah diselesaikannya melalui program MBKM MBUS: Regulasi Pangan (Universitas Terbuka), Orientasi Pedagogik Baru (Universitas Negeri Jakarta), Shifting Your Teaching Online (Tsinghua University, China), Introduction to Data Wise: A Collaborative Process to Improve Learing & Teaching (Harvard Graduate School of Education, USA, dan Public Speaking (Rochester Institute of Technology, USA).
Atas pengalamannya tersebut, Oka terpilih sebagai salah satu panelis dalam The 10thCyber Education Forum: Certificate and Microcredential Programs of Online Courses: Challenges and Opportunities for Indonesia yang diselenggarakan oleh ICE Institute pada 24 Februari 2022 lalu. Oka sebagai penerima beasiswa angkatan pertama, diundang oleh ICE institute untuk memberikan testimoni dan membagikan pengalamannya kuliah menggunakan platform MOOCs (Massive Open Online Courses). Pengalamannya tersebut dapat disimak dalam channel youtube The 10th Cyber Education Forum (CEF).
Pada kesempatan tersebut, Oka menyampaikan rasa syukurnya dapat memaknai pepatah “tuntutlah ilmu sampai ke negeri China” secara harfiah.
“Meskipun perkuliahan dilakukan secara daring, proses pembelajarannya tetap menarik dan berkesan.” Oka menjelaskan proses pembelajaran terdiri dari 2 metode diantaranya self-paced dan instructor-paced. Pada dasarnya kedua metode dilaksanakan secara daring (asinkron) menggunakan video pembelajaran dan kolom interaksi antara dosen dan mahasiswa, yang membedakan hanyalah penentuan jadwal perkuliahannya saja. Materi dan jadwal perkuliahan instructor-paced ditentukan oleh dosen dan dipublish secara berkala, sementara materi dan jadwal perkuliahan self-paced sudah tersedia untuk dipelajari kapanpun peserta mau. “Dari 5 mata kuliah yang saya ambil, 4 diantaranya menggunakan metode self-paced sehingga saya bebas menentukan waktu belajar di tengah kesibukan lain.”
Oka menuturkan bahwa perkuliahan didesain sangat menarik dan tetap interaktif dengan fitur-fitur pop up question yang muncul di tengah video. Pembelajaran daring pun tidak menghalangi interaksi antara dosen dan mahasiswa begitu pula dengan mahasiswa lainnya karena adanya fitur komentar dan tanggapan. Proses pembelajaran tersebut memberikan pengalaman belajar yang membuka wawasan dan perspektif baru. Selain itu kredit yang diterima juga diakui oleh institusi pendidikan dan dapat dikonversi ke dalam SKS mata kuliah yang relevan di prodi asal peserta.
“Mayoritas mata kuliah yang saya ambil merupakan self-paced sehingga menjadi tantangan yang cukup besar karena saya merasa punya opsi untuk mengesampingkan pembelajaran dan memprioritaskan pekerjaan lain. Ketegasan dan kemandirian sangat diuji untuk mampu menyelesaikan studi secara mandiri. Saya biasanya menjadwalkan pembelajaran dan pengerjaan tugas kuliah pada akhir pekan di saat pekerjaan lain hold and off”
Oka berharap pengalamannya mencicipi kuliah di Harvard, RIT, dan Tsinghua University melalui MBUS ini dapat membuka peluang untuk studi lanjut magister di luar negeri, “layaknya makanan, cicipan punya tujuan untuk mengantarkan kita ke suapan selanjutnya.”
Selamat Oka, semoga pengalaman berharga ini dapat bermanfaat dan menginspirasi mahasiswa lainnya. Saat ini, program MBKM MBUS terbuka dengan kuota penerima yang lebih besar dan matakuliah yang lebih banyak. Informasi program, pendaftaran, syarat, dan ketentuan selengkapnya dapat ditemukan di https://info-icei.ut.ac.id