Kisah Para Cum Lauders (Part – 7): Keterbatasan Ekonomi Bukan Penghalang

tiga yang pertama…

“Pada awalnya, tidak sedikit orang yang menyangsikan saya bisa kuliah. Tapi pada akhirnya, saya bisa membuktikan bahwa keterbatasan ekonomi bukan menjadi penghalang..”, kisah Astiyani yang mengakui bahwa Ia bukan berasal dari keluarga berada, ayahnya seorang petani dan ibunya seorang ibu rumah tangga.

Sejak Asti mendaftarkan diri di UPI, orang tuanya sudah menyampaikan ketidaksanggupannya membiayai kuliah, tapi Ia tetap bersikukuh, meyakinkan diri untuk kuliah. Rasa cemas bercampur dengan harap menjadi satu, meski ketika itu sudah dinyatakan lulus menjadi mahasiswa UPI. Satu hal yang dapat menghilangkan kecemasan itu adalah bidik misi.

“Saya masih ingat, pengumuman hasil verifikasi bidik misi itu hari Jum’at pekan kedua di bulan Ramadhan tahun 2014. Alhamdulillah, saya bersyukur berhasil lolos beasiswa bidikmisi sehingga masalah biaya kuliah dapat teratasi”

Permulaan perjalanan sebagai mahasiswa baru di Prodi Pendidikan Teknologi Agroindustri (PTAg) dirasa sulit untuknya, karena saat itu mahasiswi yang bercita-cita menjadi guru ini, tidak memiliki laptop. Hal itu mengharuskan Asti selalu rutin berkunjung ke UPI Net untuk mengerjakan laporan praktikum ataupun terkadang meminjam laptop teman. Menyadari bahwa laptop adalah perangkat penting untuk mengerjakan berbagai tugas kuliah, Asti mulai menyisihkan dana beasiswa bidik misi untuk ditabung hingga di akhir semester I, laptop pun dapat dibelinya.

Kampus adalah dunia baru, dimana bungsu dari tiga bersaudara ini, banyak mendapat pengalaman berharga dan menjadi pelajaran hidup. Selain menjalani jadwal kuliah dan praktikum yang padat berikut tumpukan tugas-tugasnya, Asti harus membagi waktu dengan kegiatan di luar kampus. Alumnus SMA 17 Bandung ini,  mengajar pramuka di SMPN 2 Bandung juga terkadang menjadi juri suatu perlombaan. Pengalaman ini menjadi salah satu jalan untuknya mencari uang tambahan. Setiap perjalanannya dinikmati, tidak dianggapnya sebagai beban.

Perjalanan kehidupan mahasiswa, membawanya ke salah satu pabrik kecap terkemuka, tempat Asti melaksanakan praktek industri (PI). Ketika itu, Ia ditempatkan di WWTP (wastewater treatment plant) yang mengharuskannya bergulat setiap hari dengan bau limbah menyengat terutama sesudah hujan turun. Setelah itu, mahasiswi kelahiran Cianjur 17 Januari 1996 ini, melaksanakan riset agroindustri (RA) bertemakan edible film. Topik riset ini merupakan minatnya, juga merupakan proyek riset dosen pembimbingnya. PPL (program pengalaman lapangan) di SMKN1 Mundu, Cirebon memberinya pengalaman tak terlupakan sebagai seorang guru dan berkenalan dengan banyak orang.

Perjuangan terberat yang Ia rasakan adalah skripsi, yang mengharuskannya pulang pergi Bandung – Cirebon untuk mengambil data penelitian di SMKN 1 Mundu, Cirebon, karena saat itu usia kandungannya baru di awal trimester pertama. Seringkali mahasiswi yang hobi memasak ini, merasakan mual ketika sedang menyusun laporan penelitiannya. Meskipun demikian, mengandung ketika skripsi menjadi salah satu doa bagi mahasiswi yang sudah menikah pada 14 Mei tahun 2017 lalu. Ia bersyukur, suaminya mengizinkannya menyelesaikan kuliah meskipun harus tinggal berjauhan untuk sementara waktu.

Apa rencana jangka pendek setelah lulus?
Tentu saja mengurus buah hatinya yang kini dikandungnya dan jika diberi rezeki dan kesempatan, Ia bermaksud melanjutkan studi S2 juga membuka usaha di bidang pangan.

“Bagi saya, kuliah ini bukanlah suatu tuntutan, tetapi keinginan yang saya pilih, sehingga harus dijalani dengan ikhlas agar terasa ringan, tanpa beban.”

“Alhamdulillah, saya bisa merasakan sidang ujian sarjana yang dinantikan oleh setiap mahasiswa. Saya bersyukur, bahagia bercampur haru, karena bisa membuktikan kepada orang-orang yang dulu menyangsikan saya,,”

Asti sangat bersyukur bisa menjadi kebanggaan keluarga terutama kedua orang tuanya yang berdomisili di Cidaun-Cianjur. Rasa terimakasih, Ia sampaikan kepada seluruh dosen dan staf prodi PTAg terkhusus kepada dosen pembimbing PI, RA, PPL dan skripsi atas bimbingan dan arahannya, juga kepada orang tua dan suami tercinta atas dukungannya, tak lupa kepada teman-teman agrin 2014 yang sudah membersamainya selama menjalani studi.

“Jangan menunda pekerjaan, lebih baik dicicil daripada dikerjakan di detik-detik terakhir yang menyebabkan hasilnya tidak optimal. Milikilah selalu target karena dengannya, secara tidak sadar akan memotivasi diri kita mencapai suatu asa. Selalu ingatlah perjuangan di awal, jangan pernah merasa bosan, selalu berusaha dan berdoa. Jangan malu untuk bertanya pada siapapun dan jangan pelit untuk berbagi..”, demikian pesan mahasiswi yang pada sidang kemarin dinyatakan lulus cumlaude dengan IPK 3.72 setelah menempuh studi S1 dalam waktu 3 tahun 6 bulan.

Barakallah Asti, semoga semangat juangnya menginspirasi.. (End) …tiga yang pertama…

-MNH-